Hampir setiap hari kita disuguhi berita tentang banyaknya musibah dan bencana yang terjadi diberbagai belahan dunia dalam berbagai bentuk da...
Hampir setiap hari kita disuguhi berita tentang banyaknya musibah dan bencana yang terjadi diberbagai belahan dunia dalam berbagai bentuk dan skala. Jika kita kembalikan kepada Alquran, kita mendapatkan petunjuk tiga macam sebab yang menyebabkan musibah dan bencana itu terjadi.
Pertama, musibah dan bencana yang terjadi karena memang kehendak Allah. Hal tersebut seperti dalam firman-Nya, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. At Taghaabun [64]:11)
Sebagai contoh, kita semua telah berusaha menjaga kesehatan; makan teratur, istirahat cukup, bekerja tidak melebihi batas, dan berolahraga secara teratur. Tapi dalam kenyataannya musibah (sakit) datang juga. Atau dalam kegiatan usaha (dagang); untuk mendapat keuntungan kita telah memasang strategi usaha, manajemen bisnis telah diterapkan, menjauhi unsur-unsur yang diharamkan seperti riba, gharar (menipu), maisir (gambling, spekulasi), riswah (suap-menyuap). Bahkan zakat tijarah pun dibayar tapi ternyata masih datang juga musibah (rugi). Maka musibah itu termasuk dalam kategori “kehendak Allah” kita tidak bisa menghindarinya, semua diluar jangkauan kemampuan kita, semua kita serahkan kepada Allah dan kewajiban kita adalah bersabar, dengan kesabaran itulah insya Allah, Dia akan memberikan pahala kepada kita dan kesabaran itu menjadi penebus atas segala dosa yang kita lakukan.
Kedua, musibah dan bencana yang menimpa disebabkan karena kesalahan kita. Seperti diisyaratkan dalam firman-Nya, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. Asy-Syuura [42]:30)
Sebagai contoh sederhana, kita makan dengan sambal yang sangat pedas, berlebihan, lantas sakit perut tentu saja itu disebabkan kesalahan kita kenapa makan sambal berlebihan. Demikian pula kita jalan lengah kemudian kesandung batu atau tabrakan. Kedua musibah ini termasuk disebabkan karena kesalahan kita.
Hujan yang turun hampir setiap hari dengan intensitas yang sangat tinggi tentu saja bagi kawasan yang biasa terkena banjir membuat hati cemas. Banjir besar yang pernah melanda kota Jakarta. Banyak yang menyalahkan karena intensitas hujan yang tinggi padahal tidak sepenuhnya, ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia dan itu disadari oleh sebagian kalangan. Misalnya, Jakarta itu semestinya memiliki lahan kosong untuk resapan air minimal 30% tapi yang ada hanya 9%. Wilayah Jakarta dahulu yang memiliki 220 rawa dan danau sekarang hanya tersisa ± 40 saja, semuanya telah berubah menjadi estate dan mall. Belum lagi pola pembangunan yang dinilai lapar tanah. Di kota-kota besar seperti Jakarta pembangunan semestinya berbentuk vertical (rumah susun) bukan horizontal, sehingga banyak lahan untuk resapan air menjadi perumahan. Pun dengan drainase (saluran air) yang selalu tersumbat karena membuang sampah sembarangan.
Bogor dan Puncak yang sering menjadi kambing hitam pengirim banjir bagi kota Jakarta yang merupakan daerah resapan sekarang ± 1200 Vila memenuhi kawasan Puncak, sehingga praktis ketika hujan turun maka air tidak lagi meresap tapi hanyut dan terkirim menggenangi Jakarta. Demikian pula kota Bandung jika dibiarkan kawasan resapan air tidak ditertibkan tidak mustahil bencana serupa akan menimpa.
Dalam Alquran Allah mengingatkan, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. Ar-Rum [30]:41)
Selama ± 11 hari para pakar dan wakil dari 189 negara berkumpul di Bali mendiskusikan persoalan yang sangat mengkhawatirkan masyarakat bumi ini yaitu yang disebut dengan Climate Change (perubahan iklim), Global Warming (pemanasan global). Dan semua sepakat meningkatnya suhu udara bumi yang konon kabarnya diperkirakan sejak tahun 1990 sampai nanti 2100 suhu udara bumi ini akan meningkat dari kisaran antara 1.1 sampai 6.4 derajat celcius dan ini disebabkan karena Ecological Destruction rusaknya lingkungan hidup.
Perubahan suhu dirasakan, kota Bandung yang dulu sejuk sekarang kesejukan itu hampir tidak ada. Ini akibat pemanasan yang terus meningkat menimbulkan pola tanam berubah sebab pola musim juga bergeser, musim panas menjadi musim penghujan dan sebaliknya.
Kutub utara dan kutub selatan yang terdiri dari gunung dan benua es secara berangsur terus mencair bahkan menurut Emil Salim mantan menteri lingkungan hidup menyatakan dalam 10 tahun terakhir 23 pulau-pulau kecil tak berpenghuni tenggelam akibat permukaan air laut naik.
Daerah Pantura; sudah setengah tahun desa dan kampong-kampungnya setiap hari terendam banjir akibat air laut naik. Dan ini tidak mungkin bisa diatasi dengan membendung laut. Semua disebabkan pemanasan global yang efeknya sudah sangat jauh.
Akibat dari pengaruh perubahan iklim ini kita menyaksikan banyak gunung meletus, badai besar, hujan dengan intensitas yang sangat tinggi. Bahkan kawasan yang mengandalkan sumber airnya dari cadangan salju pegunungan Himalaya seperti India, Pakistan dan Banglades, sekarang gletser turun dengan deras, salju mencair dengan cepat. Jika global warming ini tidak segera ditanggulangi kawasan itu akan mengalami kekeringan. Dan akan mengakibatkan hancurnya flora fauna, pertanian pun akan sangat terganggu dan dikhawatirkan akan menimbulkan wabah kelaparan.
Bahkan menurut pakar kesehatan global warming pun berakibat terhadap kesehatan kita. Udara yang semakin panas menyebabkan jantung kita harus bekerja ekstra keras melebihi kapasitasnya, memompa darah untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu di luar. Dan jika darah terus menerus memaksa jantung bekerja ekstra akan mengakibatkan berbagai penyakit yang sangat patal. Bahkan diprediksi mewabahnya diare dan malaria disebabkan climate change dan global warming ini.
Sering kita dengar istilah efek rumah kaca akibat gas karbon (monooksida dan dioksida) yang dihasilkan negara-negara industri membentuk semacam lapisan kaca di udara mengakibatkan cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak bisa terpantulkan lagi karena terhalang efek rumah kaca ini. Demikian halnya dengan hutan, pepohonan dan dedaunan yang seharusnya mampu mengatasi proses asimilasi karbon tapi karena illegal loging dimana-mana maka gas karbon kemudian mengangkasa mengakibatkan global warming yang terus meningkat.
Itu semua adalah peringatan-peringatan yang bisa kita baca di media, tentu saja sebagai bagian dari kehidupan di muka bumi ini kita harus menyadarinya, seperti dalam surat Ar-Rum ayat 41 di atas, kerusakan itu disebabkan karena perilaku manusia baik secara individu ataupun kelompok, maka penanggulangannya pun harus dilakukan secara individu maupun bersama-sama.
Oleh sebab itu maka sekecil apapun kepedulian kita perlu dilakukan, salah satunya dengan menanam baik dilahan kosong maupun dihalaman dan belakang rumah merupakan bagian kepedulian kita supaya musibah itu tidak datang disebabkan karena kesalahan dan ketidakpedulian kita terhadap persoalan ini.
Ketiga, musibah bisa datang karena perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Alquran menyatakan, “Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Qs. Al-Ankabut [29]:40)
Rasulullah Saw., pernah bertanya pada para sahabat, “Bagaimana pendapat kalian mengenai tiga perbuatan dosa; berzina, mencuri, minuman keras?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasulnya yag tahu!” Nabi menyatakan, “Perbuatan itu termasuk fahisyah (perbuatan dosa), dan pada ketiga perbuatan dosa itu ada akibat, sangsi dan hukuman.” Dalam surat Al-A’raf [7]:80 lesbi dan homoseks termasuk dalam jenis fahisyah.
Jika perbuatan dosa itu dibiarkan dalam hadits disebutkan, maka ditengah masyarakat itu akan bermunculan virus dan wabah penyakit yang belum pernah ada sebelumnya.
Ini mengisyaratkan bahwa perbuatan dosa pun mengundang datangnya bencana dan musibah. Dan tentu saja tidak ada cara untuk mencegahnya kecuali kita menahan diri untuk tidak terlibat dalam perbuatan fahisyah tersebut dan sudah menjadi kewajiban kita untuk bersama-sama melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar.
Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., “Mungkinkah penduduk sebauah negeri dituruni musibah dan bencana oleh Allah padahal disana ada orang-orang sholeh, ahli ibadah dan orang-orang baik?” Nabi menjawab, “Bisa!” Para sabat kembali bertanya, “Bagaimana bisa?” Nabi menjelaskan, “Jika orang-orang sholeh itu berdiam diri, tidak peduli terhadap kemaksiatan yang terjadi disekelilingnya!” [Assaha]
Khatib: KH. Drs. Shiddiq Amien, MBA
(Pimpinan Pusan Persatuan Islam)
Jum'at pertama Desember 2007
Pertama, musibah dan bencana yang terjadi karena memang kehendak Allah. Hal tersebut seperti dalam firman-Nya, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. At Taghaabun [64]:11)
Sebagai contoh, kita semua telah berusaha menjaga kesehatan; makan teratur, istirahat cukup, bekerja tidak melebihi batas, dan berolahraga secara teratur. Tapi dalam kenyataannya musibah (sakit) datang juga. Atau dalam kegiatan usaha (dagang); untuk mendapat keuntungan kita telah memasang strategi usaha, manajemen bisnis telah diterapkan, menjauhi unsur-unsur yang diharamkan seperti riba, gharar (menipu), maisir (gambling, spekulasi), riswah (suap-menyuap). Bahkan zakat tijarah pun dibayar tapi ternyata masih datang juga musibah (rugi). Maka musibah itu termasuk dalam kategori “kehendak Allah” kita tidak bisa menghindarinya, semua diluar jangkauan kemampuan kita, semua kita serahkan kepada Allah dan kewajiban kita adalah bersabar, dengan kesabaran itulah insya Allah, Dia akan memberikan pahala kepada kita dan kesabaran itu menjadi penebus atas segala dosa yang kita lakukan.
Kedua, musibah dan bencana yang menimpa disebabkan karena kesalahan kita. Seperti diisyaratkan dalam firman-Nya, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. Asy-Syuura [42]:30)
Sebagai contoh sederhana, kita makan dengan sambal yang sangat pedas, berlebihan, lantas sakit perut tentu saja itu disebabkan kesalahan kita kenapa makan sambal berlebihan. Demikian pula kita jalan lengah kemudian kesandung batu atau tabrakan. Kedua musibah ini termasuk disebabkan karena kesalahan kita.
Hujan yang turun hampir setiap hari dengan intensitas yang sangat tinggi tentu saja bagi kawasan yang biasa terkena banjir membuat hati cemas. Banjir besar yang pernah melanda kota Jakarta. Banyak yang menyalahkan karena intensitas hujan yang tinggi padahal tidak sepenuhnya, ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia dan itu disadari oleh sebagian kalangan. Misalnya, Jakarta itu semestinya memiliki lahan kosong untuk resapan air minimal 30% tapi yang ada hanya 9%. Wilayah Jakarta dahulu yang memiliki 220 rawa dan danau sekarang hanya tersisa ± 40 saja, semuanya telah berubah menjadi estate dan mall. Belum lagi pola pembangunan yang dinilai lapar tanah. Di kota-kota besar seperti Jakarta pembangunan semestinya berbentuk vertical (rumah susun) bukan horizontal, sehingga banyak lahan untuk resapan air menjadi perumahan. Pun dengan drainase (saluran air) yang selalu tersumbat karena membuang sampah sembarangan.
Bogor dan Puncak yang sering menjadi kambing hitam pengirim banjir bagi kota Jakarta yang merupakan daerah resapan sekarang ± 1200 Vila memenuhi kawasan Puncak, sehingga praktis ketika hujan turun maka air tidak lagi meresap tapi hanyut dan terkirim menggenangi Jakarta. Demikian pula kota Bandung jika dibiarkan kawasan resapan air tidak ditertibkan tidak mustahil bencana serupa akan menimpa.
Dalam Alquran Allah mengingatkan, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. Ar-Rum [30]:41)
Selama ± 11 hari para pakar dan wakil dari 189 negara berkumpul di Bali mendiskusikan persoalan yang sangat mengkhawatirkan masyarakat bumi ini yaitu yang disebut dengan Climate Change (perubahan iklim), Global Warming (pemanasan global). Dan semua sepakat meningkatnya suhu udara bumi yang konon kabarnya diperkirakan sejak tahun 1990 sampai nanti 2100 suhu udara bumi ini akan meningkat dari kisaran antara 1.1 sampai 6.4 derajat celcius dan ini disebabkan karena Ecological Destruction rusaknya lingkungan hidup.
Perubahan suhu dirasakan, kota Bandung yang dulu sejuk sekarang kesejukan itu hampir tidak ada. Ini akibat pemanasan yang terus meningkat menimbulkan pola tanam berubah sebab pola musim juga bergeser, musim panas menjadi musim penghujan dan sebaliknya.
Kutub utara dan kutub selatan yang terdiri dari gunung dan benua es secara berangsur terus mencair bahkan menurut Emil Salim mantan menteri lingkungan hidup menyatakan dalam 10 tahun terakhir 23 pulau-pulau kecil tak berpenghuni tenggelam akibat permukaan air laut naik.
Daerah Pantura; sudah setengah tahun desa dan kampong-kampungnya setiap hari terendam banjir akibat air laut naik. Dan ini tidak mungkin bisa diatasi dengan membendung laut. Semua disebabkan pemanasan global yang efeknya sudah sangat jauh.
Akibat dari pengaruh perubahan iklim ini kita menyaksikan banyak gunung meletus, badai besar, hujan dengan intensitas yang sangat tinggi. Bahkan kawasan yang mengandalkan sumber airnya dari cadangan salju pegunungan Himalaya seperti India, Pakistan dan Banglades, sekarang gletser turun dengan deras, salju mencair dengan cepat. Jika global warming ini tidak segera ditanggulangi kawasan itu akan mengalami kekeringan. Dan akan mengakibatkan hancurnya flora fauna, pertanian pun akan sangat terganggu dan dikhawatirkan akan menimbulkan wabah kelaparan.
Bahkan menurut pakar kesehatan global warming pun berakibat terhadap kesehatan kita. Udara yang semakin panas menyebabkan jantung kita harus bekerja ekstra keras melebihi kapasitasnya, memompa darah untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu di luar. Dan jika darah terus menerus memaksa jantung bekerja ekstra akan mengakibatkan berbagai penyakit yang sangat patal. Bahkan diprediksi mewabahnya diare dan malaria disebabkan climate change dan global warming ini.
Sering kita dengar istilah efek rumah kaca akibat gas karbon (monooksida dan dioksida) yang dihasilkan negara-negara industri membentuk semacam lapisan kaca di udara mengakibatkan cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak bisa terpantulkan lagi karena terhalang efek rumah kaca ini. Demikian halnya dengan hutan, pepohonan dan dedaunan yang seharusnya mampu mengatasi proses asimilasi karbon tapi karena illegal loging dimana-mana maka gas karbon kemudian mengangkasa mengakibatkan global warming yang terus meningkat.
Itu semua adalah peringatan-peringatan yang bisa kita baca di media, tentu saja sebagai bagian dari kehidupan di muka bumi ini kita harus menyadarinya, seperti dalam surat Ar-Rum ayat 41 di atas, kerusakan itu disebabkan karena perilaku manusia baik secara individu ataupun kelompok, maka penanggulangannya pun harus dilakukan secara individu maupun bersama-sama.
Oleh sebab itu maka sekecil apapun kepedulian kita perlu dilakukan, salah satunya dengan menanam baik dilahan kosong maupun dihalaman dan belakang rumah merupakan bagian kepedulian kita supaya musibah itu tidak datang disebabkan karena kesalahan dan ketidakpedulian kita terhadap persoalan ini.
Ketiga, musibah bisa datang karena perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Alquran menyatakan, “Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Qs. Al-Ankabut [29]:40)
Rasulullah Saw., pernah bertanya pada para sahabat, “Bagaimana pendapat kalian mengenai tiga perbuatan dosa; berzina, mencuri, minuman keras?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasulnya yag tahu!” Nabi menyatakan, “Perbuatan itu termasuk fahisyah (perbuatan dosa), dan pada ketiga perbuatan dosa itu ada akibat, sangsi dan hukuman.” Dalam surat Al-A’raf [7]:80 lesbi dan homoseks termasuk dalam jenis fahisyah.
Jika perbuatan dosa itu dibiarkan dalam hadits disebutkan, maka ditengah masyarakat itu akan bermunculan virus dan wabah penyakit yang belum pernah ada sebelumnya.
Ini mengisyaratkan bahwa perbuatan dosa pun mengundang datangnya bencana dan musibah. Dan tentu saja tidak ada cara untuk mencegahnya kecuali kita menahan diri untuk tidak terlibat dalam perbuatan fahisyah tersebut dan sudah menjadi kewajiban kita untuk bersama-sama melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar.
Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., “Mungkinkah penduduk sebauah negeri dituruni musibah dan bencana oleh Allah padahal disana ada orang-orang sholeh, ahli ibadah dan orang-orang baik?” Nabi menjawab, “Bisa!” Para sabat kembali bertanya, “Bagaimana bisa?” Nabi menjelaskan, “Jika orang-orang sholeh itu berdiam diri, tidak peduli terhadap kemaksiatan yang terjadi disekelilingnya!” [Assaha]
Khatib: KH. Drs. Shiddiq Amien, MBA
(Pimpinan Pusan Persatuan Islam)
Jum'at pertama Desember 2007
COMMENTS